Berubah Adalah Musibah ?Baca




Tulisan menarik dari mas Fikry Fatullah simak baik - baik ya Bismillah...

Dari pengalaman saya, perubahan itu lebih sulit bagi orang yang menyaksikan, daripada bagi kita yang menjalankan.
Bukan berarti bagi orang yang pengen berubah itu mudah, perubahan tidak pernah mudah.
Tapi bagi orang di sekeliling kita, terutama orang-orang yang perduli dengan kita, kadang melihat kita berubah itu seperti melihat musibah.
Manusia tidak suka perubahan, tidak bisa menerima perubahan.
Karenanya kalau kita berubah, orang-orang terdekat kita (orang tua, istri, suami, sodara, temen, dll) cendrung akan mencegah.
Mencegahnya juga kadang dengan berbagai cara.
Dari mulai yang baik-baik, ke yang keras, sampai black campaign.
Inilah salah satu faktor yang akhirnya menggagalkan perubahan yang sedang kita lakukan.
Perubahan yang didukung 100% sama lingkungan kita aja masih berat, apalagi yang tidak didukung, malah pengen digagalkan.

Coba deh diet makan nasi, Ibu atau Istri kita akan memandang kita dengan aneh, trus bilang yang ga jauh-jauh dari: "nanti kamu laper, ga kuat, nanti kamu sakit, dll."
Padahal menurunkan karbohidrat (nasi) adalah salah satu cara terampuh untuk mengontrol berat badan, dan membuat kita jadi sehat.
Coba deh rutin ke masjid/ sholat di awal waktu, yang kita dapet: "kamu gabung ke Islam aliran apa? Ato: hati-hati terorisme Islam radikal, Ato: lah sok suci lo udah ntar lagi sholatnya.
Padahal sholat ke mesjid di awal waktu bagi laki-laki itu diwajibkan.
Coba deh berhenti kuliah yang memang ga cocok sama kita, trus mulai jualan/ bisnis. Ya kelar, bisa-bisa orang tua kita ga ngomong sama kita berbulan-bulan. Padahal berdagang itu dianjurkan sama Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam.

Coba deh ninggalin riba, yang kita dapet: Gimana mungkin mau punya rumah dan punya mobil kalo ga nyicil?
Padahal ya Riba, ya gitu deh ya, ga usah dibahas lagi.

Coba deh tinggalin kerjaan yang ga berkah atau bikin kita ga nyaman dan ga berkembang, yang kita dapet: sayang banget, karir kamu kan udah bagus disitu.

Padahal saat kita mempertahankan pekerjaan itu, kita sedang melewatkan kesempatan bekerja/ berusaha di tempat lain, yang mungkin hasilnya akan jaug lebih baik dan mungkin juga ketemu jodoh (nahlo.)

Coba deh mulai rutin sedekah, mungkin yang kita dapet: "ya kan sedekah ga harus sebanyak itu, kita kan punya kebutuhan juga." Padahal saya belum pernah ketemu orang yang miskin gara-gara sedekah.

Coba deh mulai pake hijab yang bener, yang kita dapet: "Kenapa pake hijab? Rambutmu kriting jelek ya?" (cobaan) Atao "ih, kamu makin cantik lho pake hijab" (cobaan juga, tiati ya...)


Padahal hijab itu wajib bagi muslimah yang baligh, dan berakal. Anda hampir tidak akan menemukan respon yang langsung mendukung.

Perubahan, mau itu ke arah yang baik atau buruk, ga bisa diterima sama orang lain. Karenanya selain kita harus berhadapan dengan diri kita sendiri yang sedang berubah, kita harus berhadapan lagi dengan lingkungan yang terus mencegah.

Jadi untuk yang sedang berubah, yang kuwat ya... Untuk yang sedang berubah, dan sudah punya pasangan yang mendukung (suami/ istri) itu pasangannya di jaga baik-baik.

Untuk yang masih jomblo dan pengen berubah jadi lebih baik, ruginya apa? Resikonya apa? Selama itu baik, ga ada salahnya dicoba.

Saat udah mau nyerah ditengah jalan, coba inget dulu alasan berubahnya kenapa.

Buat saya pribadi, dulu saat terpikir mau menyerah, saya berpegang teguh sama ini:

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363.)



oky sekian dari saya..
"Kalau tidak berubah, aku akan kalah." - Kotaro Minami.

Share Jika Bermanfaat Ya !